Senin, 26 Oktober 2015

Mengeluh





Sumber: google.com


Minggu malam, tepatnya tanggal 18 Oktober 2015.

Malam itu aku baru saja turun dari kereta yang membawaku dari Stasiun Lenteng Agung ke Stasiun Klender Baru. Aku turun dari kereta bersama seorang teman satu kampus, namanya Atikah. Namun kami berbeda fakultas. KAmi sudah cukup lama kenal dari SMA, meskipun berbeda SMA.

Sejujurnya di hari itu aku sangat lelah, karena kondisi badanku yang lagi kurang fit. Dengan langkah tergontai aku berjalan dengan temanku di sepanjang peron menuju pintu keluar. Tak sengaja ku lontarkan kalimat keluhan, "capek banget yaa, dari pagi naik kendaraan umum. gak kebagian tempat duduk, jadinya berdiri mulu deh". temanku itupun merespon perkataanku, "itu berarti kamu masih diberi kekuatan untuk berdiri terus."

Sejujurnya perkataan temanku ini cukup menyentil hati dan perasaan. seketika menyesal telah mengeluh seperti itu. Betapa tidak, masih banyak orang-orang disana yang harus menggunakan kursi roda ataupun tongkat untuk membantunya melakukan kegiatan sehari-hari. Sedangkan aku? pantaskah aku mengeluh dengan kondisi (Alhamdulillah) memiliki kaki yang masih lengkap. Ah kadang mulut ini tak tahu diri diri untuk mengucapkan hal-hal yang seharusnya tidak dikeluhkan dikala semuanya ternyata masih baik-baik saja.

Terkadang mulut ini memang suka tak tahu diri yaa. Apa sulitnya bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang? 

“Dan Dia-lah yang memberikan KEKAYAAN dan KECUKUPAN.”
 (QS. Al Najm : 48)

Menurut ayat diatas, Allah tak menjadikan manusia akan kekurangan sesuatu apapun, yang ada hanyalah kekayaan dan kecukupan. Kita selalu merasa kurang, karena kita sendirilah yang membuat-buat semuanya kurang. Perasaan selalu merasa kurang ini adalah buah dari minimnya rasa syukur. Rasa syukur yang kurang kan mengakibatkan munculnya keluhan-keluhan dan akhirnya timbul keserakahan. Lho kok serakah? Karena sebenernya Allah telah mencukupkan semuanya tapi kita menjadi gelap mata dan akhirnya menjadi serakah.
Contohnya ketika Allah sudah mencukupkan kita dengan rezeki makanan-makanan yang halal dan bisa dibilang sederhana (sepertu tahu dan tempe), namun kita mengeluh dan merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki. Kita ingin makanan mewah. Disaat itu pula muncul rasa serakah, kita ingin memiliki makanan mewah itu, namun uang kita tak cukup membelinya. Timbul lah keinginan jahat, mungkin mencuri uang untuk membeli makanan mewah yang kita inginkan tersebut

So, mengeluh adalah akar dari tidak adanya rasa syukur. dan tidak adanya rasa syukur itu akan menimbulkan keserakahan. 

Keep Grateful :) 

btw, tulisan ini gak berlaku buat serakah ilmu lho....

Kamis, 10 September 2015

(katanya) Tuhan Maha Romantis



Novel "Tuhan Maha Romantis" karya Azhar Nurun Ala



“Menjauh untuk menjaga."


Sampai pada baris tulisanku yang kesekian ini, aku masih belum bisa menerima konsep itu. Seperti konsep ‘rela menunggu untuk kebahagiaan’. Lagi-lagi, entahlah. Barangkali karena aku terlalu merindukanmu, hingga bahkan aku tak rela menunggu, terlebih lagi membuatmu menunggu.”

                                                     
-Azhar Nurun Ala dalam Ja(t)uh-


Mengawali coretanku malam ini dengan sebuah sajak dari bang Azhar Nurun Ala dalam karyanya yang berjudul ja(t)uh. Sajak ini cukup menggambarkan alur cerita pada karya bang Azhar selanjutnya yang berjudul Tuhan Maha Romantis.

Satu hal yang menarik pandanganku akan syair beliau, "Menjauh untuk menjaga". Tiap-tiap kita pernah merasakan perasaan yang fitrah, yaitu menyukai seseorang. Tapi tunggu, ku tuliskan ini bukan semata untuk curhat bergalau ria atau sekedar ber-roman picisan. Sekali lagi bukan.

Lebih baik menjauhi dia yang kita kagumi daripada timbul fitnah, sekalipun itu fitrah. Sekali lagi, aku tak menyalahkan mereka-mereka atas perasaan yang bisa kita sebut 'kagum', 'suka', atau 'cinta' sekalipun. apapun namanya, kita pasti pernah merasakan itu. 
Menjauh adalah bentuk penjagaan kita terhadap hal-hal yang akan mendekati zina. Menjauh berarti 'siap menunggu untuk berbagai konsekuensi', seperti apa yang diuliskan bang Azhar 'rela menungu untuk kebahagiaan'. 
Menunggu mungkin akan selalu berujung pada kebahagiaan, tapi merayakan kebahagian dengan seseorang yang kita inginkan hanyalah sebuah keinginan dan angan-angan kita, karena belum tentu itu keinginan Allah. Allah punya kendali atas kebahagian kita, tapi kita juga bisa ambil bagian dengan terus berdoa, memohon, dan tentunya memantaskan diri agar Allah berkenan serta ridho dengan pilihan kita kelak. Namun sekali lagi, pilihan kita belum tentu menjadi pilihan Allah untuk kita. Allah tahu yang terbaik. 
Sesungguhnya kita tak perlu sibuk atas urusanNya. Biarlah kita sibuk dengan diri sendiri, yaitu dengan berdoa dan memantaskan diri.

lalu, katanya Tuhan Maha Romantis? benarkah?
Aku yakin memang Allah Maha Romantis. Romantis kepada hamba-hambanya, yang selalu memberikan hadiah yang tak terduga untuk hambaNya yang sabar menanti dalam taat dalam rangka menghindari segala maksiat

Aku percaya Allah Maha Romantis. Allah selalu hadirkan romana-romansa ketenangan batin dan jiwa pada hambaNya yang bersyukur dan mau sabar menanti sembari memantaskan diri

Aku tahu Allah memang Maha Romantis. Allah akan memberikan hadiah di waktu yang tepat saat kita siap bertemu dia yang kita nantikan.

Aku juga ingat apa yang ditulis bang Azhar pada Novelnya yang berjudul Tuhan Maha Romantis
"Ketika ekspresi rindu adalah doa, tak ada cinta yang tak mulia"
tiap-tiap kita  mungkin pernah merasakan rindu. Tapi apalah arti rindu kalo kehadiran rindu menjadi ajang 'memaksakan' diri untuk merusak jalan skenario yang sudah Allah tulis. biarkan semua mengalir apa adanya. Tugas kita hanya memantaskan diri sebagai bagian dari ikhtiar dan berdoa.

ketika kamu rindu, maka sampaikanlah rindu itu ke dalam doa sampai menguap ke atas, yaitu hingga terdengar sampai langit ke-tujuh. Biar Allah merubah rindu itu menjadi sebuah pertemuan indah yang tak akan pernah kamu sangka

karena kamu hanya perlu percaya bahwa rencana Allah selalu lebih Romantis dari apa yang kamu harapkan.




















Senin, 07 September 2015

Menikmati Seonggok Bangkai dengan Sebilah Pedang




 Adakah sesuatu yang tak memiliki tulang, tetapi perlahan ia bisa membunuhmu? apa jawabmu?
jawabku adalah LIDAH

Lidah memang tak memiliki tulang, namun ia memiliki kebebasan untuk bergerak membentuk sebuah makna. Makna tersebut hidup dari sekumpulan kata dan membentuk kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat ini bisa bersifat tumpul bagai pisau yang tak pernah diasah atau bersifat tajam bagai pedang atau samurai yang bisa 'membunuh' seseorang. Pedang tersebut nantinya bisa menusuk dirimu sendiri, lalu mendorongmu ke neraka atau memusuk hati orang lain. Jadi, bisa ku tarik kesimpulan awal bahwa pedang yang ku maksud adalah lidah

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rasulullah Muhammad saw bersabda:
"Sesungguhnya seseorang hamba itu niscayalah berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan (baik atau buruknya), maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat." (Muttafaq 'alaih)

Seringkali kita lupa memikirkan kembali kalimat apa yang pantas dikeluarkan. Banyak sekali bahaya yang diakibatkan lisan, seperti timbulnya fitnah, ghibah, adu domba, berdusta, dan lain sebagainya.
Namun, yang akan ku tuliskan disini adalah mengerucut kepada ghibah. 

Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12).

Berdasarkan ayat dari surat cintaNya diatas, maka ghibah atau menggunjing disamakan dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati. Tentulah kita akan merasa muak dan jijik dengan hal ini. Bayangkan bila kita harus memakan daging mayit saudara sendiri. 
'pedang' yang kita miliki ini diibaratkan bisa membunuh saudara sendiri hingga menjadi seonggok bangkai yang siap kita nikmati.

lantas, mengapa Allah menyandingkan ghibah dengan dengan memakan daging saudara yang sudah mati?
ghibah atau menggunjing merupakan kegiatan membicarakan orang lain di belakangnya, tanpa diketahui orang yang kita bicarakan. lalu hubungannya dengan bangkai apa?
seperti yang kita tahu, bahwa sifat bangkai adalah tidak bernyawa, tidak dapat mendengar, tidak dapat membela diri ketika sedang dijelek-jelekan.
orang yang sedang kita bicarakan saat ghibah juga seperti itu, tidak dapat mendengar dan tidak dapat membela diri ketika sedang dijelek-jelekan dan diperbincangkan dibelakang.
Ghibah akan bisa mengoyak kehormatan orang lain, layaknya mengoyak kulit dari dagingnya saat memakai bangkai saudara sendiri

Itulah mengapa lidah bisa menjerumuskanmu ke neraka. 
so, masih mau ber-ghibah?





Selasa, 02 Juni 2015

Hope and Loss



Hidup ini sungguh lucu. Sering sekali kita merasakan kehilangan, padahal kita tak pernah mempunyai kesempatan untuk benar-benar memilikinya. Sering sekali kita ingin memiliki sesuatu selamanya, padahal tak ada sesuatu yang abadi di bumi ini, semuanya hanya sekedar "numpang lewat". Sesuatu yang “numpang lewat” itu terkadang menipu kita dengan memunculkan semua ilusi-ilusi yang kita rangsang kemunculannya dengan harapan yang tinggi dan angan-angan yang terlalu jauh.


Hidup ini aneh. Kita terlalu sering memenuhi hati ini dengan banyak harapan (yang tak tahu bila harapan itu ternyata) kosong dan mungkin akan kandas dengan sekelebat takdirNya. Ketika harapan tak tersulap menjadi kenyataan, kita sendiri yang tertatih sedih karena merasa kehilangan. Hey, tunggu. Mengapa harus merasa kehilangan, toh kita tak pernah memiliki kenyataan itu. Kenyataan yang tak tergenggam dan kandas disapu oleh takdir.


Hidup ini sebuah kebohongan. Sebenarnya bukan kebohongan, namun kita sendiri lah yang merasa sudah dibohongi oleh bayangan-bayangan yang telah kita ciptakan sendiri. Bayangan itu adalah bayang-bayang harapan dari orang lain. Kau bingung mengapa ku sebut “bayang-bayang harapan orang lain?” ku pikir tidak, karena aku yakin kau pernah berharap banyak kepada seseorang. Bagaimana rasanya? Sudah pasti pahit. Bila pahit diibaratkan sebagai basa, maka cara menetralkannya adalah dengan asam. Asam-asam doa yang kuat dan bisa menembus langit, yang bisa menetralkan harapan itu. Tak perlulah berharap banyak pada manusia. Sudah jutaan manusia yang tergores hatinya karena berharap pada makhluk sesamanya.


Hidup ini memang tak semudah 1+1=2 bila kita terlalu banyak berharap untuk banyak memiliki layaknya 1+1=100. Banyak berharap memunculkan banyak persepsi yang dapat menciptakan rasa kegirangan atau kesenangan semu. Sebenarnya kita tak sadar bila kesenangan itu semu. Kita baru akan menyadarinya bila kesenangan semu itu memudar menjadi kesedihan yang benar-benar nyata menusuk hati. Disitulah kita kembali merasa kehilangan, lalu menganggap hidup itu tak adil. Rasa tak adil itu sebenarnya kita sendiri yang membuatnya ada. Terlalu banyak khayalan dan berfantasi ria dengan hal-hal yang menyenangkan hati. Kesenangan kosong yang tak ada artinya!

Sabtu, 30 Mei 2015

Jangan Samakan Batu Granit dengan Kopi Seribuan


"Batu Granit yang Cantik"
sesungguhnya itu dalah arti dari nama panjangku, yaitu Granita Ghassini.

eh tunggu dulu, pasti sebagian dari kalian berpikir bila namaku seperti merek kopi. merek kopi yang orang bilang harganya seribuan dan dijual di warung pinggir jalan terdekat. Kopi yang mendadak booming saat aku SMP dan teman-temanku kala itu sering sekali menyamai namaku itu dengan kopi seribuan itu. 

Antara kesal dan ingin tertawa. Apa sebenarnya yang dipikirkan para pendiri dan pemilik kopi seribuan itu sehingga nama "granita" muncul di kepala mereka dan nama itu dipublikasikan dalam sebuah nama merek kopi. Kerena pemikiran mereka itu aku seringkali jadi bahan bercandaan teman-temanku karena namaku serupa dengan merek kopi seribuan itu.

Setiap aku bertemu orang-orang baru dan memperkenalkan diriku, pasti salah satu atau salah dua dari mereka berkomentar "ih nama lo kayak nama kopi seribuan", well, aku cuma bisa tersenyum dan menjelaskan apa makna dari namaku yang sebenarnya. Itulah mengapa aku kadang malas mengenalkan nama panjangku karena akan selalu bermunculan komentar serupa.

Sesungguhnya aku juga tak mengerti, darimana ayahku mendapatkan ide memberi nama anak gadisnya ini dengan nama "granita". Mungkin karena ayah lulusan teknik pertambangan dan dalam kerja praktiknya dahulu sering menemukan jenis batuan beku nan indah bernama batu granit. mungkin juga dari situ ia mendapatkan ide untuk menamai anaknya "Granita". Granita yang artinya batu granit, yang setauku nama granit ini berasal dari kata granum yang artinya "butir padi". Lalu apa hubungannya batu granit dengan butir padi? aku tak tau, mungkin anak pertambangan, geografi, geologi bisa menjelaskannya.. ha-ha-ha

Selain itu, menurut sumber yang ku baca, batu granit merupakan batu penanda benua, bahkan batu penanda planet bumi. Batu granit ini yang menjadi pembeda antara bumi dengan planet lain. Setelah tahu tentang hal ini, maka bermunculan rasa bangga memiliki nama granita. ha-ha-ha
Beberapa fakta lain mengenai batu granit , yaitu batu granit mengandung mineral kuarsa dan feldspar. Kedua mineral ini yang membuat batu granit menghasilkan cahaya terang, mulai dari merah muda hingga putih. Batu granit sifatnya keras dan kokoh. Batu granit terbentuk dari magma di perut bumi.

Yap, ku bisa mengambil kesimpulan dari hipotesis ku selama ini mengapa ayah memberiku nama granit. 
Pertama, ayah ingin aku kuat dan kokoh layaknya batu granit  yang bisa bertahan dalam kondisi apapun, bukan seperti kopi granita yang cair dan terdapat tanggal kadaluarsanya.

Kedua, ayah ingin aku lahir dan tumbuh menjadi wanita cantik dan 'mahal', bukan seperti kopi granita yang (kata orang) manis namun bisa bebas dinikmati siapa saja

Ketiga, ayah ingin aku terlihat berbeda dengan orang lain layaknya batu granit yang merupakan batu penanda planet bumi dengan yang lainnya. Berbeda dalam artian unik.

Keempat, mungkin saja ayahku ingin anaknya ini menghasilkan pancaran 'cahaya' layaknya batu granit yang memiliki mineral kuarsa dan feldspar. Ayah ingin dalam diriku terkandung hal-hal baik layaknya kuarsa dan feldspar. Dari hal-hal baik itu diharapkan bisa terpancar pesona aura kebaikan yang bermanfaat untuk orang lain.

Kelima, ayah ingin aku kuat dalam menghadapi 'panasnya' tekanan dan cobaan hidup. diharapkan aku bisa menjadi pribadi yang kokoh setelah dibentuk melalui tekanan dan ujian hidup yang besar. Layaknya batu granit yang terbentuk dari panasnya magma di perut bumi dan akhirnya menjadi sebuah batu yang cantik dan banyak dicari orang.

Keenam, karena batu granit sifatnya kuat dan kokoh, maka batu granit sering digunakan sebagai material konstruksi bangunan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ayah ingin aku menjadi kokoh untuk menopang konstruksi  'bangunan' keluarga di rumah. Well, dan sekarang aku sedang ditempa untuk menjadi seperti itu karena Ayah telah tiada :') 

Seharusnya aku harus banyak berterimakasih kepada Ayah karena beliau telah memberi ku nama "Granita Ghassini", yang artinya batu granit yang cantik, bukan kopi granita yang cantik, hahaha -_-
karena nama adalah doa, semoga doa pemberianmu senantiasa menjadi cerminan hidupku selamanya. aamiin :)

so, jangan samakan batu granit dengan kopi seribuan :p

*by the way, penulis gak bermaksud menjelekkan atau mempromosikan merek kopi yang diseutkan barusan. Mohon maaf bila ada pihak yang tersinggung :D




Kamis, 16 April 2015

Rindu Sepahit Kopi Hitam




Kamu tahu bagaimana kopi hitam itu?
Pekat, hitam, pahit..
Bahkan terkadang kau tak bisa melihat bayanganmu di permukaan kopi pahit itu

Begitulah rasa rindu
Iyaa
Rindu terasa pekat. kental. Kental akan perasaan perih. Tahukah kamu? bagaimana perih itu datang?
perih berkembang seraya diri dan hati ini harus memendam sendiri rasa rindu

Rindu itu akan menyayat hati dengan abadi jika rindu tak pernah bertemu obatnya
siapakah obatnya? Tak perlu ku jelaskan karena memang tak penting untuk disebutkan. Jika ku menyebutkannya maka tak menjami obatnya akan muncul di depan mata saat ini juga.

Rindu itu hitam. Iya, hitam Mengapa ku sebut hitam? karena  rindu datang diakibatkan dari banyaknya kenangan hitam. Apa itu kenangan hitam? kenangan yang tentunya menggoreskan hati. 
Mungkin banyak orang bilang rindu datang karena kenangan manis yang tak bisa diulang. Tapi aku berkesimpulan, rindu datang ketika hati ini kehilangan kepingannya. sama seperti puzzel yang satu bahkan lebih kepingannya hilang begitu saja.
Jadi tak salah bila ku katakan rindu hadir karena rasa kehilangan itu terus menerus dirasakan. Jangan salahkan aku jika ku berpendapat bahwa kehilangan merupakan salah satu bagian dari kenangan hitam.

Rindu itu pahit. Iyaaa sungguh pahit..
sebenarnya siapakah yang memubuat pahit? aku atau kamu?
Entahlah, mungkin rasa pahit ini aku yang membuatnya sendiri diluar nalar dan logika ku, mengadukkan rasa rindu itu dengan campuran sisa kepingann perasaan yang aku tak tau kapan usai.

Kadang pula di dalam rindu ini aku tak bisa melihat bayanganmu lagi karena sudah semakin hitam dan pekatnya rasa rindu ini. Bahkan aku hampir lupa wajahmu. Dapat disimpulkan bahwa aku tak berani lagi melihat foto-foto mu secara sengaja. Bahkan bertahun-tahun dapat kupastikan kita tak pernah lagi saling tatap. Sesekali tak sengaja ku lihat foto mu di sosial media. itu sudah cukup.

kamu tahu? lelahku tak berujung. Iyaa tak berujung.. 
sama seperti rindu ini yang terus menerus mengalir begitu saja dalam pipa waktu. 
sama seperti rindu ini yang terus menerus mengetuk pintu hatiku dari dalam, namun belum ada kuncinya, sehingga rindu ini masih terpenjarakan di dalam hati
sama seperti rindu ini yang terus menerus memancarkan radiasi ke seluruh perasaanku

Namun aku bisa apa?
Aku cuma bisa berdoa kelak rindu ini akan segera luruh dengan berkurangnya jarak kita berjalan menuju satu titik. Titik dimana rindu dan semua jarak akan luruh. Titik dimana semua yang dilarang akan menjadi halal.

Tapi apakah kamu orang itu? entahlah...
ku hanya bisa berharap semoga kamu yang jadi kunci pintu hatiku, kunci yang bisa mengeluarkan rindu di balik intu itu
ku hanya bisa bermimpi kamu yang bisa menghentikan aliran rindu dalam pipa waktu
ku hanya bisa berdoa supaya kamu yang jadi penangkal akan radiasi rindu itu..





Sesungguhnya Aku Tak Menyangka


ini tentang rindu seorang gadis kepada lawan jenis.
lawan jenis? ya tentu...
siapakah dia?
mengapa seorang gadis itu rindu padanya?
Gadis itu yakin bahwa lelaki itu juga rindu padanya

Siapa gadis itu? sebut saja Aku
Siapa lelaki itu? Sebut saja Papa

Jumat, 28 November 2014
Papa, tahukah engkau? hari itu hujan lebat. Bahkan aku terpenjara dirumah sendiri ketika keinginanku untuk pergi ke rumah sakit tempat dimana engkau menghembuskan nafas terakhir sangat menggebu

Papa, tahukah? ku tak pernah menyangka bahwa hari Kamis malam tanggal 27 November 2014 adalah hari terakhir aku menaiki motor berdua denganmu. Sungguh aku tak punya firasat apapun. Tapi tak biasanya malam itu engkau diam menundukkan kepalamu ketika menungguku di depan tempat fotocopy itu. Sepanjang jalan kau pun terdiam

Papa, sesungguhnya aku menyesal karena pada malam itu aku tak menghiraukan nasihatmu. Karena pada malam itu aku pulang malam untuk menuntaskan amanahku di kampus. Terpancar rasa khawatirmu karena anak gadismu ini terlalu sering pulang malam

Papa, sesungguhnya aku tak pernah berpikir bahwa liburan bersama keluarga kemarin di Lampung merupakan liburan terakhir denganmu.

Papa, sesungguhnya aku tak menyangka bahwa pada hari Selasa tanggal 25 November 2014 adalah hari terakhir engkau memberikanku uang sangu. Yaa itu, hari terakhir kau memberikanku uang jajan.

Papa, sesungguhnya aku tak pernah menyangka bahwa nasihatmu agar aku bisa mengendarai motor dengan lancara agar tak menyusahkan adik merupakan nasihat terakhir yang kau ucapkan dimalam sebelum kau menghembuskan nafas terakhir.

Papa, ku tau engkau sering sekali keluar kota. Bahkan aku tak menyangka bahwa Semarang adalah kota terakhir yang kau kunjungi. Kota dimana kau menjalankan tugasmu untuk mencari nafkah

Papa, aku tak menyangka kau akan meninggalkan aku saat aku belum wisuda. Padahal janjiku dalam hati agar lulus tepat waktu dan berfoto wisuda bersama mama, papa, dan adik-adik. Ah tapi apa daya, itu cuma janji yang belum sempat ku buktikan padamu.

Papa, sesuangguhnya aku tak menyangka......... kau secepat ini pergi.
Padahal belum sempat melihat aku berjuang pada skripsi, lulus dan memakai toga.