Selasa, 17 September 2013

BAB 2, SKALA PENGUKURAN


Skala Pengukuran

1. Skala Likert

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya  Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.
Komponen Skala:
-Stimulis (biasanya 20 sampai 40 pernyataan)
-Respon (biasanya terdiri dari 5 kategori)

 
Pernyataan

 Contoh Perhitungan


Cara Perhitungan dan Hasilnya


Skala likert memiliki asosiasi skala dari 1-5
Sangat Setuju              : 5
Setuju                        : 4
Netral                         : 3
Tidak Setuju                : 2
Sangat Tidak Setuju     : 1

2.Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang mengiyakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot. Dengan perkataan lain jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas ( jelas ) dan konsisten. Misalnya ; Ya atau Tidak ; Yakin atau Tidak Yakin ; Benar atau Salah ; positif – negatif ; pernah – belum pernah ; setuju atau tidak setuju dll.


 3. Skala Diferensial Sematik

Teknik Pengukuran ini diperkenalkan oleh Charles Osgood (1957) yang menekankan pada aspek semantik sebuah kata
KomponenSkala
- Stimulus berupa kata (benda, orang, profesi, dsb)
- Respon berupa pasangan kata sifat (adjective) yang membentuk kontinum dengan dua kutub (bipolar)


 Contoh Skala

Stimulus dapat berbentuk kata atau kalimat yang mengukur
- Perilaku
- Sikap
- Keyakinan
- Opini
Contoh Stimulus Semantik Diferensial
- Mengkritik Guru
- Keluarga Berencana
- Manajer Saya
- Televisi

Respon Semantik Diferensial terdiri dari 3 dimensi:
a. DIMENSI EVALUASI (BAIK –BURUK)
Penilaian subjek terkait dengan baik-buruknya topik stimulus yang disajikan. Termasuk juga didalamnya perasaan subjek (senang-marah) atau penilaian kualitas (cantik-jelek) (kasar-lembut) atau moral (bijak-jahat)

b. DIMENSI POTENSI (KUAT –LEMAH)?
Penilaian mengenai kekuatan yang dikandung oleh stimulus. Penilaian ini memuat tentang kapasitas stimulus (tinggi-rendah), (besar-kecil), (dalam-dangkal), (berat-ringan)

c. DIMENSI AKTIVITAS (AKTIF –PASIF)?
Penilaian mengenai muatan aktivitas yang dikandung stimulus, misalnya (cepat-lambat), (tenang-riuh), (acak-teratur)













4. Skala Rating 
Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dengan kata lain, skala ating ada kebalikan dari skala likert
Contoh:
Seberapa baik televisi merek X?   Berilah jawaban angka :    
4 bila produk sangat baik  
3 bila produk cukup baik  
2 bila produk kurang baik  
1 bila produk sangat tidak baik

Contoh kuesioner dengan skala rating, jawablah dengan melingkari
interval jawaban. 





Misalnya jumlah responden 5 orang, maka kita buat tabulasi sebagai
berikut:
Jumlah skor kriterium (skor tertinggi) = 4 x 4 x 5 = 80
Jumlah skor terkumpul = 52
Kualitas televisi merek X menurut responden = 52/80 = 65% dari kriteria
yang ditetapkan. Secara kontinum dibuat kategori sebagai berikut:

Nilai 52 terletak pada kategori baik.

5. Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pernyataan yang ia setujuia dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai 1-10
Perbedaan Thurstone dengan Likert adalah, Interval yang panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada Likert tidak sama intervalnya.
Berikut ini disajikan contoh angket yang disajikan dengan menggunakan model skala Thurstone. 
Petunjuk: Pilihlah 5 (lima) buah pernyataan yang paling sesuai dengan sikap Anda terhadap pelajaran matematika, dengan cara membubuhkan tanda cek () di depan nomor pernyataan di dalam tanda kurung. 
( ) 1. Saya senang belajar matematika. 
( ) 2. Matematika adalah segalanya buat saya. 
( ) 3. Jika ada pelajaran kosong, saya lebih suka belajar matematika. 
( ) 4. Belajar matematika menumbuhkan sikap kritis dan kreatif. 
( ) 5. Saya merasa pasrah terhadap ketidak-berhasilan saya dalam  matematika. 
( ) 6. Penguasaan matematika akan sangat membantu dalam mempelajari bidang studi lain. 
( ) 7. Saya selalu ingin meningkatkan pengetahuan dan kemampuan saya dalam matematika.
( ) 8. Pelajaran matematika sangat menjemukan.
( ) 9. Saya merasa terasing jika ada teman membicarakan matematika.


Misalkan pembuat angket menentukan bahwa skor yang akan dipakai untuk
pernyataan yang kontribusinya paling tinggi adalah 9 dan untuk yang paling rendah diberi skor 1, sehingga skor tengahnya sama dengan 5. Hasil pertimbangannya, ia menyatakan bahwa pernyataan yang paling tinggi kontribusinya terhadap sikap positif untuk matematika adalah pernyataan nomor 2 sehingga ia memberi bobot skor 9. Agar hasil pertimbangan itu lebih objektif, ia meminta bantuan kepada teman seprofesinya yang dianggap mampu atau lebih mampu daripada dirinya sendiri. Misalkan ada 4 orang yang diminta pertimbangan itu, hasil pertimbangan untuk butir nomor 2 dari keempat orang itu masing-masing 8, 8, 9 dan 9. Dengan demikian skor untuk butir soal nomor 2 itu adalah

                                                              9+8+8+9+9 = 8,6                                                 5
Untuk butir nomor 8 pembuat angket memberi skor 2 karena ia menganggap kontribusinya rendah terhadap sikap siswa dalam matematika. Keempat teman lainnya masing-masing memberi skor 3, 4, 1, 2 sehingga skor untuk butir nomor 8 adalah

                                     2+3+4+1+2 = 2,4
                                               5


Begitulah seterusnya cara pemberian skor untuk setiap butir pernyataan. Misalkan skor untuk setiap butir soal, berturut-turut dari butir soal nomor 1 sampai dengan nomor 9 adalah sebagai berikut :
9,0; 8,6; 8,2; 7,6; 4,5; 6,0; 7,6; 2,4; 4,0; 5,3
         


Setelah angket diberikan kepada responden (siswa), misalkan untuk subjek A memilih butir-butir nomor 1, 4, 6, 7 dan 10. Rerata skor dari subyek A adalah
 
                             9,0 + 7,6 + 6,0 + 7,6 + 5,3 = 7,1
                                                 5
Ini berarti sikap A terhadap matematika positif, karena skornya lebih daripada skor tengah (= 5). Dibandingkan dengan skala Likert, skala Thurstone hanya menyajikan butir pernyataan yang sedikit sehingga aspek sikap yang bisa diungkapkan relatif sedikit pula. Namun demikian skala Thurstone mempunyai kelebihan pada ketajaman pernyataan untuk mengungkapkan sikap tersebut, sehingga lebih sedikit kemungkinan responden untuk menjawab dengan cara menebak. Untuk mengurangi kelemahan di atas, di samping cara pemberian skor yang cukup rumit, untuk setiap aspek mengenai sikap bisa dibuat satu set (10 butir) pernyataan. Misalkan dari segi materi matematika, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sistem evaluasi, sarana dan prasarana, masing-masing 10 butir pernyataan sehingga seluruh aspek sikap terhadap matematika bisa terungkap.


Sumber:
http://hayat08.files.wordpress.com/2012/03/stat-1.pdf
ekm_2405_handout_bab_6_-_skala_pengukuran_dan_instrumen_penelitian.pdf
http://www.cikgudahlia.com/2011/12/skala-likert-skala-guttman-skala.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196303311988031-NANANG_PRIATNA/Pengembangan_Alat_Penilaian.pdf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar