Selasa, 02 Juni 2015

Hope and Loss



Hidup ini sungguh lucu. Sering sekali kita merasakan kehilangan, padahal kita tak pernah mempunyai kesempatan untuk benar-benar memilikinya. Sering sekali kita ingin memiliki sesuatu selamanya, padahal tak ada sesuatu yang abadi di bumi ini, semuanya hanya sekedar "numpang lewat". Sesuatu yang “numpang lewat” itu terkadang menipu kita dengan memunculkan semua ilusi-ilusi yang kita rangsang kemunculannya dengan harapan yang tinggi dan angan-angan yang terlalu jauh.


Hidup ini aneh. Kita terlalu sering memenuhi hati ini dengan banyak harapan (yang tak tahu bila harapan itu ternyata) kosong dan mungkin akan kandas dengan sekelebat takdirNya. Ketika harapan tak tersulap menjadi kenyataan, kita sendiri yang tertatih sedih karena merasa kehilangan. Hey, tunggu. Mengapa harus merasa kehilangan, toh kita tak pernah memiliki kenyataan itu. Kenyataan yang tak tergenggam dan kandas disapu oleh takdir.


Hidup ini sebuah kebohongan. Sebenarnya bukan kebohongan, namun kita sendiri lah yang merasa sudah dibohongi oleh bayangan-bayangan yang telah kita ciptakan sendiri. Bayangan itu adalah bayang-bayang harapan dari orang lain. Kau bingung mengapa ku sebut “bayang-bayang harapan orang lain?” ku pikir tidak, karena aku yakin kau pernah berharap banyak kepada seseorang. Bagaimana rasanya? Sudah pasti pahit. Bila pahit diibaratkan sebagai basa, maka cara menetralkannya adalah dengan asam. Asam-asam doa yang kuat dan bisa menembus langit, yang bisa menetralkan harapan itu. Tak perlulah berharap banyak pada manusia. Sudah jutaan manusia yang tergores hatinya karena berharap pada makhluk sesamanya.


Hidup ini memang tak semudah 1+1=2 bila kita terlalu banyak berharap untuk banyak memiliki layaknya 1+1=100. Banyak berharap memunculkan banyak persepsi yang dapat menciptakan rasa kegirangan atau kesenangan semu. Sebenarnya kita tak sadar bila kesenangan itu semu. Kita baru akan menyadarinya bila kesenangan semu itu memudar menjadi kesedihan yang benar-benar nyata menusuk hati. Disitulah kita kembali merasa kehilangan, lalu menganggap hidup itu tak adil. Rasa tak adil itu sebenarnya kita sendiri yang membuatnya ada. Terlalu banyak khayalan dan berfantasi ria dengan hal-hal yang menyenangkan hati. Kesenangan kosong yang tak ada artinya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar